Rabu, 29 September 2010

Kontroversi Sains dan Agama

LONDON, KOMPAS.com — Fisikawan terkemuka asal Inggris, Stephen Hawking, dalam buku terbarunya yang berjudul The Grand Design berpendapat bahwa alam semesta tak diciptakan oleh Tuhan. Menurutnya, peristiwa Big Bang yang menjadi awal pembentukan alam semesta tercipta akibat hukum gravitasi dan bukan karena adanya campur tangan Ilahi.

"Karena adanya hukum gravitasi, alam semesta bisa dan akan tercipta dengan sendirinya. Penciptaan yang spontan itu adalah alasan mengapa sesuatu itu ada, mengapa alam semesta itu ada, mengapa kita ada," tegas Hawking dalam buku terbarunya itu yang ditulis bersama Leonard Mlodinow, fisikawan asal AS.

Dalam buku yang akan segera terbit pada 9 September mendatang di Inggris itu, Hawking meyakinkan bahwa "M-Theory", sebuah bentuk dari string theory, bisa menjelaskan penciptaan alam semesta. "Tidak perlu membawa-bawa Tuhan seolah-olah Ia yang memicu terciptanya alam semesta," tulis Hawking.

Pendapat Hawking bertentangan dengan Isaac Newton yang mengatakan bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan karena tidak mungkin alam tercipta dari chaos. Pemikiran Hawking yang ditulis dalam buku barunya itu datang dari sebuah observasi pada 1992 yang meneliti sebuah planet serupa Bumi yang mengelilingi sebuah bintang yang mirip Matahari.

"Secara kebetulan kondisinya mirip sistem tata surya kita dengan matahari tunggal, dan kombinasi yang benar-benar sangat mirip antara jarak Bumi-Matahari dan massa matahari sehingga bukan menjadi hal yang luar biasa dan tidak terbukti bahwa Bumi dirancang secara khusus hanya untuk kehidupan manusia," jelas Hawking kemudian.

Hal tersebut bertolak belakang dengan pendapat sebelumnya. Dalam bukunya yang terbit pada tahun 1988, A Brief History of Time, Hawking menegaskan kepercayaannya akan campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta. "Jika kita menemukan sebuah teori yang lengkap maka itu akan menjadi kemenangan besar dari nalar manusia. Untuk itu, kita harus mengetahui pikiran Tuhan," tulis Hawking, pada saat itu.

Analisis

Sepanjang sejarah manusia memang belum ada kepastian tentang asal usul kehidupan dan tata surya. Pemikiran paling logis adalah adanya sebuah kekuatan besar yang menciptakan dan mengatur segala yang ada di tata surya dan itu yang biasanya orang sebut dengan Tuhan. Seiring berjalan dengan waktu dan kecanggihan teknologi masa kini, manusia melakukan berbagai penelitian yang berhubungan dengan awal mula kehidupan. 
Saat ini telah ditemukan tata surya yang mirip dengan galaksi Bima Sakti kita dan ini memunculkan banyak spekulasi tentang awal terjadinya tata surya kita. Hal ini selalu menjadi sebuah kontroversi antara bidang Sains dan Agama. Bagaimana tidak?? Seperti yang kita ketahui bahwa dari segi agama tata surya dan kehidupan di dunia merupakan ciptaan Yang Maha Kuasa sedangkan dari segi sains, tata surya dan kehidupannya lebih cenderung pada ilmu pengetahuan.
Seperti artikel diatas, dimana dijelaskan bahwa proses penciptaan tidak melibatkan Tuhan tetapi merupakan bentuk dari energi gravitasi. Masalah ini cukup membingungkan dimana dalam agama mengatakan Tuhan lah sang pencipta dan sains mengatakan tata surya terbentuk dengan sendirinya karena bantuan energi gravitasi dan menggunakan sampel penelitian di luar angkasa.
Dalam hal ini, sebagai manusia beriman haruslah kita tetap percaya bahwa Tuhan lah sang pencipta dan tanpa mengesampingkan perkembangan dalam dunia sains.

Sabtu, 18 September 2010

Pembatasan BBM Bersubsidi

Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah mulai membatasi BBM bersubsidi, seperti premium dan solar, di sejumlah SPBU di kawasan tertentu. Rencananya, kebijakan ini dimulai pada bulan ini dan dilakukan di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Bandung, serta Surabaya.

Menurut Kepala BPH Migas Tubagus Haryono, baru-baru ini, pembatasan perlu dilakukan secepatnya. Soalnya, awal November 2010, BBM bersubsidi diperkirakan akan habis. Hingga September saja, penggunaan BBM bersubsidi sudah melebihi kuota tujuh persen [baca: Pemakaian Premium Mulai Dibatasi Oktober Mendatang]

Untuk melakukan hal tersebut, kata Tubagus, Pertamina akan mempersiapkan infrastruktur pembatasan BBM. Antara lain dengan mengganti dispenser BBM subsidi dengan nonsubsidi. Pertamina juga akan menambah dispenser BBM pertamax.

Pembatasan ini masih bersifat imbauan. Sebab, masih harus menunggu payung hukum dari pemerintah, seperti revisi Peraturan Presiden tentang Harga Jual Eceran BBM. Saat ini pemerintah masih mempersiapkan mekanisme pembatasan BBM subsidi berdasarkan tahun pembuatan kendaraan.(ULF)

Analisis:
Seperti yang kita ketahui selama ini,bahwa BBM bersubsidi selalu menjadi hak bersama baik itu untuk kalangan bawah maupun atas. Dari artikel diatas dikatakan bahwa pemakaian BBM bersubsidi akan mulai dibatasi bulan ini karena stocknya mulai menipis. Ini seperti sebuah dilema dimana masih segar ingatan kita tentang keputusan yang dibuat oleh Menteri Energi dan Sumber Daya dimana motor dilarang menggunakan BBM bersubsidi. Lebih parah keputusan ini dibuat tanpa alasan yang kuat, sehingga banyak menuai protes.

Sekarang setelah mengetahui stock BBM bersubsidi mulai menipis pemerintah baru akan mengeluarkan pembatasan pemakaian BBM bersubsidi.Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi andaikan pemerintah jeli dalam menangani masalah pemakaian BBM. Seperti yang kita ketahui bahwa BBM bersubsidi merupakan BBM talangan pemerintah untuk kalangan bawah dan menengah, tetapi faktanya lebih banyak pengguna roda 4 yang menggunakannya. Disisi lain pemerintah juga kurang dalam mengawasi kendaraan dari plat luar yang menggunakan BBM bersubsidi, contohnya kendaraan dari Malaysia sering mengisi BBM bersubsidi di wilayah Indonesia (Kalimantan Barat) dengan harga setelah di subsidi sedangkan kendaraan dari negara kita yang masuk ke wilayah Malaysia dan mengisi BBM akan dikenakan harga yang lebih mahal dari harga wajar di negaranya.

Lalu untuk masalah penggantian dispenser BBM bersubsidi ke nonsubsidi, menurut saya itu tidak diperlukan karena itu akan memberatkan mereka yang benar-benar membutuhkan BBM bersubsidi tersebut apalagi sebagian besar kalangan menengah ke bawah di Indonesia memiliki sepeda motor dan itu merupakan jantung transportasi mereka. Masalah itu bisa digantikan dengan pembatasan atau larangan mobil pribadi menggunakan BBM bersubsidi dengan standar tahun pembuatannya. Sedangkan untuk penambahan dispenser BBM jenis Pertamax boleh digencarkan karena itu akan membantu mereka dalam membiasakan diri untuk menggunakan Pertamax.

Rabu, 01 September 2010

Indonesia VS Malaysia

Dor......dor....dor..... Mungkin suara inilah yang paling cocok bila perselisihan antara negara kita Indonesia dan Malaysia belum menemukan titik terang. Seperti yang kita ketahui bahwa hubungan Indonesia dan Malaysia semakin memanas. Hubungan buruk antara Indonesia dan Malaysia bukanlah hal baru lagi. Setelah berbagai kasus penganiayaan atas TKI di negeri Jiran tersebut, hubungan kedua negara memang semakin renggang ditambah lagi  pulau-pulau yang ada diperbatasan dan budaya seni asli Indonesia yang dibajak oleh Malaysia.

Setelah sekian lama konflik tersebut menjadi bahan perdebatan antara kedua negara yang belum juga reda. Amarah rakyat Indonesia pun mulai tak terbendung lagi setelah yang terbaru adalah penangkapan polisi kelautan negara kita saat ingin menangkap nelayan dari Malaysia yang masuk ke perairan Indonesia.

Setelah kejadian ini, masyarakat Indonesia pun mulai lantang meneriakkan penolakan terhadap Malaysia, dan yang paling kontroversi adalah ketika para demonstran membakar bendera negara Malaysia di Kedubes Malaysia. Selain itu, masyarakat menilai bahwa pemerintah terlalu lemah dan longgar dalam menghapi kasus ini.
Terlepas dari siapapun yang salah ataupun memulai konflik ini, jika terus berkelanjutan tanpa ada penyelesain bukan tidak mungkin akan terjadi hal paling buruk. Selain itu dilihat dari sisi perdagangan, masalah ini akan menyebabkan ketidakstabilan dalam kerjasama antara kedua negara tersebut. Para investor dari kedua negara akan mulai was-was untuk menanamkan modalnya.

Jadi apakah memang tidak ada jalan damai???? Coba kita renungkan bersama.